Senin, 04 April 2011

Pendidikan Anak Jalanan Tersisih Akibat Penggusuran
   Jakarta, 11 Februari
   
   Penggusuran membawa persoalan pelik bagi anak-anak jalanan untuk
   mendapatkan hak pendidikan dan pengajaran. Anak-anak yang orang tuanya
   terkena gusuran, banyak kehilangan kesempatan untuk memperoleh
   pendidikan. Padahal, pemerintah menyatakan, negara kita yang
   memberikan kesempatan belajar bagi anak-anak.
   
   Hal itu diungkapkan oleh Edy Karyanto, pendamping anak jalanan dari
   Institut Sosial Jakarta dalam diskusi terbatas tentang anak jalanan di
   Kantor Suara Pembaruan, hari Jumat (7/2). ''Akibat penggusuran itu,
   saya kira anak-anak maupun orang dewasa bisa menuntut para penggusur
   untuk mempertimbangkan hak anak untuk melindungi pendidikannya,'' ujar
   Edy.
   
   Ditambahkan, saat ini memang belum ada pendidikan khusus bagi
   anak-anak jalanan. Tapi anak jalanan ingin agar pemerintah
   memperhatikan pendidikan termasuk kesejahteraannya dan pihaknya siap
   untuk membantu.
   
   Menurutnya, alasan pemerintah kurang memperhatikan pendidikan anak
   jalanan karena mereka melihat pendidikan anak jalanan bukan suatu
   proyek yang menguntungkan kalau dibandingkan dengan pembangunan jalan
   raya, misalnya.
   
   Untuk itu, lanjut Edy, pemerintah harus bertanggung jawab untuk
   memperhatikan anak jalanan. Karena pada dasarnya negara kita mengakui
   dan memberikan perlindungan kepada anak-anak, khususnya kepada anak
   telantar.
   
   Untuk tegasnya, anak jalanan merupakan anak yang tidak diuntungkan.
   Karena tidak mendapat kesempatan sekolah. Pemerintah harus memberi
   jatah sekolah untuk anak-anak yang miskin.
   
   Kemudian kedua mereka yang pandai dan kaya juga harus memperhatikan
   pendidikan untuk mereka yang mampu atau miskin. Tidak cukup hanya
   menjadi orang tua asuh bagi anak miskin.
   
   Sesungguhnya bentuk sekolah atau pendidikan yang pas untuk anak
   jalanan tidak harus sekolah formal atau memberikan fasilitas
   pendidikan khusus lainnya. Model pendidikan bagi anak jalanan dapat
   berupa sanggar atau kelompok.
   
   Sementara itu, Koordinator Advokasi Anak Jalanan, Tigor Nainggolan SH
   menilai salah satu penghambat anak jalanan untuk dapat berbuat adalah
   Perda No 11 Tahun 1988 tentang keamanan, ketertiban dan keindahan
   kota.
   
   Dikatakan, Peraturan Daerah itu menjebak anak jalanan untuk melakukan
   pekerjaanya dimana mereka harus survive ditengah kota besar. Anak
   jalanan kerap dikejar, ditangkapi serta diperlakukan tidak adil oleh
   aparat Pomong Praja yang menjadi Perda tersebut sebagai alasan utama.
   
   ''Untuk hidup di tengah kota anak jalanan semakin tersingkir dan sulit
   untuk beraktivitas. Yang sangat memprihatinkan adalah perlakuan tidak
   manusiawi para aparat ketika menangkapi anak-anak jalanan tersebut,''
   ujarnya.
   
   Selain Perda tersebut, lanjut Tigor, para pelaku ekonomi juga merampas
   lahan mereka. Para pelaku ekonomi itu telah melihat sampah yang
   menjadi sumber kehidupan anak jalanan sebagai tambang yang berharga.
   Sehingga untuk mencari sampah pun mereka mengalami kesulitan.
   
   Belajar Cara Gembel
   
   Edy Karyanto menambahkan, para anak jalanan biasanya sudah lama punya
   cara belajar sendiri. Misalnya, untuk bisa makan, mereka akan
   mengasong, menyemir sepatu, memulung. Karena itu, anak-anak jalanan
   sebaiknya jangan cepat-cepat dipaksa, diatur-atur.
   
   Menurutnya, penanganan anak jalanan sebaiknya dilakukan dengan jalan
   mengumpulkan mereka terlebih dahulu, ditanyakan apa pekerjaanya,
   kemudian apa kemauannya. Seperti adanya rumah terbuka yang ada di
   Kampung Jembatan atau dulu di Jalan Panti Asuhan.
   
   Di rumah tersebut, ujar Edy, mereka berkumpul kemudian ngobrol,
   ditanyakan maunya apa, kemudian mereka diberi tugas. Jadi di rumah itu
   mereka menjadi satu keluarga. Belajar tanggung jawab menabung,
   memelihara alat musik dan memelihara rumah. ''Pendidikan yang cocok
   bagi anak jalanan adalah pendidikan yang menjawab kebutuhan.
   Pendidikan yang sesuai dengan lingkungan mereka, itu yang cocok buat
   anak yang sering tergusur,'' ujarnya. (EB/A-7) 


DAN INI GAMBAR ANAK JALANAN YG KURANG MAMPU, TDK MEMPUNYAI PENDIDIKAN, AYO BANTU SAHABAT KITA YG SEDANG KESUSAHAN DALAM PENDIDIKANNYA:
 



Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Daftar isi

[sembunyikan]

Filosofi pendidikan

Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Jalur pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah Minggu, yang terdapat di semua gereja.

Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.

Jenis pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

Pendidikan umum

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).

Pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah sekolah menengah kejuruan (SMK).

Pendidikan akademik

Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

[sunting] Pendidikan profesi

Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.

Pendidikan vokasi

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).

Pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani di Jakarta di masa Hindia Belanda

Pendidikan keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan /atau menjadi ahli ilmu agama.

Pendidikan khusus

Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB).

POTRET PENDIDIKAN MASA KINI

Gambaran umum kehidupan masyarakat masa kini, banyak kemajuan yang dirasakan, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi ataupun komunikasi mulai dari yang sifatnya tradional hingga yang paling canggih. Di balik semua itu banyak pula dilihat, dirasakan dan didengar orang tua (langsung/tidak langsung) telah menyatakan keluhan terhadap keperihatinan terhadap anak-anaknya. Keluhan-keluhan tersebut meliputi ; 1). Pekerjaan terbatas dan tenaga kerja yang melimpah ruah, pengangguran terjadi di mana-mana, premanisasi semakin menjadi-jadi dari kalangan kaum muda. 2). Pergaulan bebas sudah tidak bisa dibatasi. 3). Model-model pakaian yang memicu kepada gairah seks. 4) Pergaulan anak dan orang tua kurang memperhatikan moral, akan tetapi lebih mementingkan kepada materi dan keilmuan. 5). Persoalan agama hanya merupakan simbol-simbol ritual, sedangkan amaliyah dan syari’atnya kurang dikerjakan. Sehingga umat beragama nyaris kehilangan identitas keagamaannya.
Di samping persoalan di atas, pendidikan juga tidak lepas dari persoalan orang tua, di sana sini terkandung beban yang sangat berat guna membina generasi muda yang memiliki “BOM” (Basic of Material). Banyak orang tua yang tidak bisa menyesuaikan harga (pembiayaan) pendidikan yang cukup mahal.
Berbicara tentang pendidikan, tidak hanya berbicara tentang ilmu dan keterampilan, akan tetapi juga menyangkut soal akhlak (moral). DR. Miqdad Yeljen mengungkapkan : “Persoalan Akhlak, cukup mencolok dengan semakin bertambahnya angka kriminilitas dan berbagai macam bentuk penyimpangan moral. Seperti ; pemalsuan, penipuan, pencurian, pengkhianatan, tidak loyal pada janji dan tidak pula komitmen dengan hal-hal lainnya
Contoh lain adalah merajalelanya mabuk-mabukan, pencandu obat-obatan terlarang, perzinaan, pelanggaran terhadap kehormatan dan membudayanya perkataan kotor dan cacian, penyimpangan-penyimpangan moral ini semakin hari semakin bertambah dan bukan malah menurun (berkurang)
Belum lagi kita bicara tentang pergolakan sosial, politik dan peradaban. Kesemua sangat berpengaruh pada prilaku, perbuatan, sikap dan sudut pandang berpikir dalam diri individu dan kelompok yang berdalih kepentingan orang banyak.
Semua peristiwa atau sekandal-sekandal yang berkembang di masyarakat erat kaitanya dengan keberhasilan pendidikan. Betapa banyak lembaga-lembaga pendidikan, baik secara pormal (Pendidikan sekolah) ataupun pendidikan Non Formal (Pendidikan luar Sekolah), dalam pendidikan luar sekolah semakin hari tumbuh dan berkembang majelis-majelis ta’lim, bagaikan jamur di musim hujan. Akan tetapi semua itu belum mampu memecahkan atau menemukan solusi terbaik untuk pembinaan umat (generasi) yang lebih baik.
DASAR PENDIDIKAN DI NEGARA INDONESIA
Sehubungan dengan kehendak mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan UUD’45 pasal 31 ayat 1 dan 2, menyatakan;
1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang.
Realisasi dari UUD’45 ini lahirlal UU RI tentang pendidikan nasional. Berdasarkan UU Republik Indonesia No. 22 Th. 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bab II pasal 2 Perdidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Ripublik Indonesia Tahun 1945, dan pasal 3 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang dijadikan-Nya paling sempurna di antara makhluk lainnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
Dari ayat ini jelas memberikan gambaran bahwa manusia yang dijadikan Allah dengan sebaik-baik bentuk akan berbalik kepada bentuk yang serendah-rendahnya. Artinya jika kejadian yang sempurna bagi manusia itu bila tidak dipelihara dengan sebaik-baiknya, maka manusia tersebut akan menjadi tidak baik. Untuk memelihara kebaikan bentuk tersebut, maka diperlukan latihan dan kebiasaan-kebiasaan untuk berbuat baik, selalu memperhatikan dirinya agar tidak melakukan perbuatan yang merusak bentuk kejadian yang baik.
Memahami akan ayat tadi, maka manusia dituntut untuk memelihara bentuk kejadiannya yang sempurna itu. Salah satu alternatif yang menjadi pokok perhatiannya adalah melalui “pendidikan”.selanjutnya Allah memperingatkan :
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran .
Dalam surat ini terkandung maksud bahwa manusia memerlukan pendidikan, misal dalam lafadz ‘manusia” (ÇáÇäÓÇä )
Disebutkan dalam al-qur’an sebanyak 65 kali, seluruhnya untuk tujuan-tujuan pendidikan yang disertai dengan seruan kepada kebajikan dan pencegahan dari yang mungkar. Semua itu disampaikan dalam bentuk peringatan tentang penciptaannya atau dengan mengemukakan fitrahnya, atau menjauhkannya dari penyelewengan-penyelewengan, keangkuhan dan kekufurannya, atau dengan menggambarkan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadanya serta pendidikan yang diberikan Allah kepadanya.
Memahami akan makna pendidikan, kiranya perlu direnungkan surat pertama yang diturunkan Allah untuk melihat sikap yang jelas sisi kebaikan dan keburukan manusia, yakni :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu).
Pada ayat ini terkandung maksud bahwa manusia dididik untuk memperhatikan Allah atau selalu menyebut nama Allah, dan memperhatikan pelajarannya, membuka mata hati untuk mengerti semua ciptaannya dan memahami hakikat kejadiannya..
Telah digambarkan bahwa Allah telah menciptakan dunia dan akhirat agar manusia untuk menjadi tempat tinggalnya, sebagai khalifah dan mengerti bahwa akan ada suatu hari perhitungan atau hari pertanggung jawaban. Bagi mereka yang berpikir sudah barang tentu akan selalu waspada dan mawas diri agar setelah tiba masa hari perhitungan tidak mendapat kesulitan.
Upaya menyelamatkan manusia dari serendah-rendahnya derajat manusia, maka manusia memerlukan agama dan pendidikan. Agama yang benar adalah yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dan untuk memahami agama itu maka manusia memerlukan pendidikan. Pendidikan adalah pertolongan orang-orang yang bertanggung-jawab atas perkembangan anak agar mereka menjadi dewasa. Semua kebaikan memang tidak bisa kita harapkan karena banyaknya pengetahuan atau resep-resep pendidikan. Ketidak tahuan adalah merupakan penyakit yang paling mudah disembuhkan, akan tetapi membentuk pribadi yang sempurna adalah amat sulit.
Pembentukan perilaku seseorang sangat ditentukan oleh lingkungnan terbesar, yakni Rumah tangga, Sekolah dan masyarakat. Ketiga-tiganya harus berjalan selaras dan seimbang. Di lingkungan rumah tangga pendidikannya berjalan dengan baik dan benar, juga di sekiolah sudah terprogram dengan baik, namun di lingkungan masyarakat tidak baik, maka pendidikan perilakupun tidak menjadi sempurna. Sebaliknya di lingkungan masyarakat baik dan juga disekolah baik, akan tetapi sdi lingkungan rumah tangga tidak terurus sengan baik , maka perilaku yang diharapkan juga tidak akan muncul.
PENTINGNYA PENDIDIKAN DALAM KEHIDUPAN
Gambaran tentang pentingnya pendidikan, maka dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
PERTOLONGAN
TUJUAN
Suatu gambaran bahwa pelaksanaan pendidikan harus jelas dan bersifat pertolongan, pertolongan itu sendiri diperlukan ke arah kedewasaan untuk mencapai tujuan pendidikan, baik yang bersifat umum ataupun secara khusus, yakni pembentukan manusia yang berkualitas untuk selanjutnya menjadi pribadi muslim sejati. Artinya tujuan akhir dari pendidikan itu adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Banyak orang yang berhasil mendidik anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi, berhasil dalam urusan dunianya, akan tetapi urusan akhiratnya gagal. Sebaliknya banyak orang tua yang berhasil mendidik urusan ahkirat, akan tetapi gagal dalam urusan dunia.
Dengan demikian kebijaksanaan dalam memilih pendidikan terhadap generasinya merupakan hal penting, karena gejala pendidikan itu sendiri sebenarnya merupakan kebutuhan bagi setiap orang, tanpa pendidikan seseorang tidak akan dapat tumbuh dan berkembangan dengan baik. Pendidikan secara umum saja belum cukup membekali kehidupan seseorang, sebaliknya pendidikan agama saja juga belum cukup membekali hidup seseorang, pendidikan yang edial adalah kedua-duanya.
Upaya mendapatkan pendidikan umum ataupun agama, diperlukan ilmu yang didapatkan melalui proses pendidikan itu sendiri, baik dalam sekolah ataupun luar sekolah, output pendidikan sangat berhubungan dengan berhubungan pembentukan pribadi.
Selanjutnya untuk memperjelas tentang pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia dan hubungannya dengan kewajiban menuntut ilmu serta hubungannya pendidikan dengan pembentukan keperibadian.
Gambar di atas memberikan penjelasan bahwa pendidikan (Umum dan atau Agama) yang diperoleh manusia baik melalui pendidikan sekolah, rumah tangga dan masyarakat pada hakikatnya untuk menciptakan manusia berkualitas/muslim sejati untuk mencapai tujuan, yakni hidup bahagia di dunia ataupun di akhirat. Upaya memenuhi keinginan tersebut, maka manusia membutuhkan pendidikan yang dipengaruhi oleh ilmu, iman dan amal sebagai lingkungan strategis yang turut mensukseskan tercapainya tujuan tersebut.
Oleh karena itulah manusia tidak bisa lepas dari pendidikan, baik sifatnya umum ataupun khusus (agama). Kedua jenis pendidikan tersebut akan membuahkan suatu pribadi hakiki. Bagi pendidikan yang bersifat umum akan berusaha mencapai pribadi manusia yang berkualitas. Sedangkan pendidikan yang bersifat khusus (Agama) akan mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai pribadi hakiki dalam arti manusia muslim sejati.
Untuk sampai kepada suatu tujuan tersebut, maka manusia memerlukan ilmu, iman dan amal. Secara psikologis, kejadian manusia yang dibentuk oleh Tuhan adalah dalam kesempurnaan yang meliputi elemen-elemen rohaniah dan jasmaniah. Kesempurnaannya menyebabkan manusia menjadi makhluk yang paling mampu dalam ikhtiar menciptakan keseimbangan hidup rohaniah dan jasmani sehingga dapat mengalami hidup yang tegak dalam masyarakat
Dalam sejarah lahirnya manusia, bahwa ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan pada dirinya terdapat benih-benih kejiwaan yang mempunyai kemungkinan untuk berkembang ke arah yang baik (positif), namun demikian manusia juga tidak lepas dari kemungkinan untuk berkembang ke arah yang lebih buruk lagi merugikan diri dan masyarakatnya.
Pendidikan diperoleh yang terbanyak adalah melalui mata (83 %), kemudian telinga (11 %), un tuk selanjutnya melalui hidung, mulut dan tangan hanya (6 %).
Dari gambar di atas bahwa keteladanan memegang peranan penting dalam proses pendidikan, karena melalui penglihatan sangat besar prosestasinya, yakni mencapai 83 %, sedangkan pemberian nasehat kecil peranannya, dan melalui hidung dan mulut serta tangan sangat kecil sekali, hanya mencapai 6 %. selanju
Oleh karena itulah, orang tua yang bijaksana sudah barang tentu harus lebih banyak memberikan contoh teladan yang baik, baik hubungannya dengan hablum minanllah ataupun hambumminnas. Sedangkan pemberian nasehat hendaknya diperkecil, karena anak cenderung membahas dan bahkan menolak apa yang dinasehatkan kepadanya. Namun demikian bukan berarti kita tidak perlu memberikan nasehat kepada anak-anak. Akan tetapi nasehat harus diimbangi dengan contoh teladan yang benar.
Selanjutnya, walaupun pada gambar di atas dinyatakan bahwa pendidikan melalui hidung, mulut dan tangan sangat kecil peranannya, namun juga turut menentukan. Misalnya hidung, hidung merupakan indera penciuman yang harus kita gunakan untuk mencium sesuatu yang baik bukan digunakan untuk hal-hal yang tidak baik. Oleh karenanya kesalahan dalam mencium sesuatu, maka akan berakibat sala pula dalam mengartikan sesuatu. Mulut yang di dalamnya terdapat lidah, pepatah mengatakan lidah kadang-kadang lebih tajam dari pisau, karena melalui mulut orang dapat mencelakaan seseorang, meelalui mulut dapat menyebabkan perkelahian atau permusuhan. Kemudian tangan, dengan tangan dapat membentuk sesuatu yang terbuang menjadi bermanfaat, sebalik dengan tangan dapat merusak sesuatu yang baik menjadi rusak/hancur berantakan. Walaupun dalam gambar tersebut terdapat kelasifikasi yang cukup tajam, namun semua itu harus berhubungan satu sama lainnya.
Selanjutnya ada satu hal lagi yang perlu kita pahami dan perhatikan secara seksama, bahwa pendidikan kita sekarang lebih mengutamakan kepada segi kecerdasan intelektual, sedangkan segi kecerdasan emosional dan spiritual kurang menjadi perhatian. Pada hal intelektual hanya maksimal 20% dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang, dan yang terbanyak justeru ada pada kecerdasan emosional dan spiritual mencapai maksimal 80%.
Itulah sebabnya manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu, karena Ilmu Pengetahuan mempunyai tujuan untuk memahami, meramalkan, serta mengendalikan kondisi dan situasi yang dialami manusia dalam lingkungan hidupnya dan dalam dirinya sendiri.
Melalui ilmu pengetahuan dan dorongan instink “curiosity” (dorongan ingin tahu) telah mendorong manusia untuk belajar. Akibat dari keingin-tahuan itulah pula yang menyebabkan manusia menguasai ilmu yang sangat berguna bagi dirinya, juga masyarakat lingkungannya. Ilmu pengetahuan itu sendiri telah tertampung melalui tiga lingkungan, yakni Rumah Tangga, Sekolah dan masyarakat. Semakin baik ilmu yang dituangkan dalam rumah tanggal, sekolah dan masyarakat, maka akan semakin sempurna pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia. Ketiga lingkungan tersebut hendaknya berjalan serasi, selaras dan seimbang. Karena bila salah satu di antara ketiganya, maka akan berakibat salah dalam menafsirkan hidup. Ketidak seimbangan antara pengalaman pendidikan di rumah tangga, sekolah dan masyarakat dapat menyebabkan manusia salah dalam menggunakan ilmunya. Sebagai contoh : sebuah pisau yang tajam apabila dipegang oleh seorang penjahat akibat pendidikan yang salah akan digunakannya untuk membunuh, akan tetapi bila pisau itu dipegang oleh orang baik-baik dengan pendidikan yang benar, maka pisau itu tidak digunakannya untuk membunuh.”
Dengan demikian pendidikan sangat memegang peranan penting terhadap pembentukan pribadi seseorang. Oleh karenanya bila semakin baik dan terarah pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa, maka semakin jelas tujuan yang ingin dicapainya, dan pada gilirannya akan mendekati kepada suatu keperibadian yang sempurna. Sebaliknya semakin banyak kesalah dalam mendidik, maka semakin besar pula kekeliruan pribadi yang dibuahkan.
Kewajiban kita sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna dibanding makhluk lainnya adalah melengkapi diri dengan berbagai ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuan itulah iman dan Islam seseorang menjadi sah dan sempurna. Rasulullah saw bersabda :
“Menuntut Ilmu Pengetahuan adalah kewajiban setiap Muslim” Selanjutnya Rasulullah menegaskan dalam sabdanya :
“Tuntutlah ilmu pengetahuan, sekalipun ke negeri Cina”
Berdasarkan dari dua hadits di atas, maka kewajiban menuntut ilmu itu merupakan fardhu a’in, oleh karenanya kewajiban menuntut ilmu ini harus diketahui oleh setiap orang Muslim.
Satu kenyataan dimasyarakat bahwa oerang yang tidak pernah memiliki ilmu mereka tidak pernah mengenal lelah untuk mencari dan mengumpulkan harta kekayaan dunia sepanjang siang dan malam, senantiasa memburu dan menyibukan diri untuk mengumpulkan dan menahannya. Mereka lebih mengutamakan kesenangan dunia dengan harta kekayaannya.
Selanjutnya bagi mereka yang tidak berpikir dan sama sekali tidak tahu tentang agama, maka merekapun tidak pernah meluangkan waktunya untuk menuntut ilmu pengetahuan keagamaan, bahkan enggan hadir dalam majelis-majelis. Sebaliknya orang yang demikian itu bila ada urusan dunia maka iapun berjuang sekuat tenaga bahkan beranai mati untuk mendapatkannya.
Allah memperingatkan dalam firmanNya : (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.
Hasan al-Bishiri ra, berkata : “Lantaran terlampau mengenal dunia dan urusannya, seseorang bisa mengenal berat uang satu dirham tanpa melihatnya. Tetapi manakala ditanyakan tentang syarat-syarat bersuci dan shalat, ia hanya bisa mengelengkan kepala karena tidak tahu”
Memperhatikan kepada perkataan al Bashiri tersebut, bila seseorang ingin hidup bahagia di dunia dan di akhirat, maka harus memiliki ilmunya. Dan kepadaorang yang terlampau mencintai dunia, maka yang dia ketahui hanyalah urusan dunia saja sedangkan urusan akhirat sama sekali tidak dikenal dalam dirinya.
Oleh karena itu antara ilmu, iman dan amal harus berjalan secara berimbang dalam kehidupan seseorang. Karena dengan ilmulah pula dapat mengenalkan iman dan dengan ilmu dan iman itulah pula seseorang dapat melakukan amal dengan baik dan sempurna.
Kenyataan di dunia sekarang banyak orang yang berilmu tapi tapi tidak beriman, maka ilmunya hanya dapat diigunakan untuk mencintai dunia dan harta kekayaannya saja. Loqmanulhakim telah memperingatkan kepada anaknya :
“Hai anakku, sesungguhnya dunia ini lautan yang dalam dan manusia telah banyak karam di dalamnya. Oleh karena itu, jadikanlah kapalmu di dunia ini berbakti kepada Allah, muatannya iman dan layarnya tawakkal kepada allah, mudah mudahan engkau selamat”
Luqman memberikan gambar bahwa hidup tanpa ilmu adalah buta, dan hidup tanpa iman adalah bagaikan kapal tanpa kemudi. Untuk selanjutnya hidup tanpa amal tak ada bekal yang akan dibawa untuk mencapai suatu kehidupan yang hakiki.
Apabila ilmu, iman dan amal mantap dalam diri kita, maka hasil dari pendidkan betul betul dapat membentuk keperibadian seseorang. Oleh karenanya pengalaman pendidikan yang diperoleh mulia dari lingkungan kehidupan rumah tanggan hingga pada lingkgungan masyarakat baik, maka besar kemungkinan dapat terbentuknya keperibadian yang baik pula. Karena pengalaman pendidikan itu sendiri erat hubungannya dengan pembentukan pribadi seseorang.
Bila kita gambarkan hubungan pendidikan dengan kepribadian, adalah sebagai berikut :
Pada gambar di atas jelas bahwa pendidikan dan kepribadian, terbentuk oleh lingkungan Rumah Tangga, Sekolah ataupun Lingkungan Masyarakat. Oleh karena hidup dalam ketiga lingkungan tersebut dalam keadaan baik maka dapat dipastikan bahwa pendidikan dan keperibadian akan terbimbingan oleh ilmu, iman dan amal yang baik pula. Sebaliknya bila hidup seseorang tumbuh dan berkembangan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat yang tidak baik, maka pendidikan dan kepribadiannya akan terbentuk dalam keadaan yang bermasalah. Karena pengalaman hidup yang tidak baik akan melahirkan sesuatu yang tidak baik pula.
Dengan demikian, bila pengalaman pendidikan yang tumbuh dan berkembangan dalam pengawasan ilmu, iman dan amal yang baik serta tanggung jawab, baik hubungannya dengan pendidikan umum terlebih-lebih dalam pendidikan agama (Islam), dan hidup dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat yang berpendidikan lagi agamis, maka keperibadian akan tumbuh dan berkembangan dengan sempurna sesuai dengan ilmunya.
Oleh karenanya kepribadian seseorang tidak pernah lepas dari pendidikan dan pendidikan itu sendiri bertujuan untuk membantuk keperibadian yang dikehendaki oleh ilmunya.
Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa pendidikan telah menduduki peranan penting dalam pembentukan keperibadian seseorang. Kekeliruan dalam melakukan pendidikan, baik dalam lingkungan rumah tangga, sekolah ataupun dalam lingkungan masyarakat, maka besar kemungkinan pula melahirkan perilaku yang tidak baik.
Oleh karenanya pendidikan yang dilakukan dalam rumah tangga, sekolah dan masyarakat harus berjalan secara terpadu. Orang tua tidak bisa melepaskan atau mengharapkan pendidikan itu kepada tugas guru semata-mata. Sebaliknya seorang guru tidak bisa hanya mengandalkan ilmunya untuk mendidik keperibadian anak didiknya bila tidak mendapat dukungan dari orang tua di rumah tangga dan masyarakat sebagai lingkungan pergaulan anak-anak.
Akhirnya dapat kita pahami bahwa tugas mendidik keperibadian seseorang adalah menjadi tugas semua orang dewasa, apakah mereka sebagai pendidik, orang tua ataupun sebagai tokoh masyarakat, baik yang berprofesi sebagai pendidik secara umum ataupun yang berprofesi sebagai tokoh agama.
Semoga kita termasuk orang yang mengerti akan tanggung jawab, terutama hubungan pendidikan dengan keperibadian generasi muda kita.
PANDANGAN PENDIDIKAN MASA KINI
Pendidikan nasional berdasarkan UU RI No. 20 Th. 2003, Bab VI, Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan, Bagian kesatu, Umum, pasal 13, jalur pendidikan terdiri atas pendidiknan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya
Yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Adapun pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dikelola oleh masyarakat, Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Memperhatikan kepada UU tersebut sudah cukup jelas maksud dan tujuan yang hendak dicapai . Namun yang menjadi masalah adalah nuansa-nuansa pendidikan di luar ketiga jalur pendidikan di atas, yakni pendidikan yang secara tidak langsung seperti kegiatan politik yang tidak sehat, kegiatan-kegiatan yang berlangsung di masyarakat, siaran atau berita yang disampaikan melalui mess media cetak, audio visual telah membantuk moral baru bagi generasi muda, cenderung merusak kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai bentuk keperihatinan pendidikan yang merusak atau cenderung mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara yang kurang baik terhadap pembentukan moral bangsa adalah adanya persoalan-persoalan material, spritual, sosial, politik dan peradaban serta pemahaman sempit tentang pendidikan. Yang selama ini belum terpecahkan telah menganggu ketertiban pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian muncul persoalan-persoalan baru, yakni persoalan rasialisme, keamanan dabn meningkatkan angka kriminalitas, lapangan kerja, dan hilangnya berbagai standar nilai kemanusiaan. Di mana-mana terjadi kerusuhan, musibah silih berganti, semua itu telah mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa generasi.
Disadari atau tidak bahwa efik samping kejadian dan peristiwa tersebut telah berpengaruh terhadap perkembangan moral/akhlak, sehingga dewasa ini sering muncul bentuk-bentuk kejahatan yang dirasakan dan cukup meresahkan kehidupan masyarakat, yakni menjamurnya bentuk-bentuk pemalsuan, penipuan, pencurian, penghianatan, tidak loyal pada janji dan tidak pula komitmen terhadap kebijakan, dan lain sebagainya. Belum bicara tentang merajalelanya mabuk-mabukan, pecandu obata-obatan terlarang, berkosaan, dan bentuk-bentuk pelanggaran terhadap kehormatan dan membudayanya perkataan kotor dan cacian, dan lain sebagainya.
Persoalan tersebut tidak lepas dari persoalan pendidikan yang kurang memperhatikan kepada pendidikan moral, di sekolah-sekolah mata pelajaran sejarah sudah ditiadakan, yang mana secara tidak langsung telah memberikan pengalaman hidup berbangsa dan bernegara yang seyogyanya menjadi bahan renungan bagi generasi muda untuk memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara.
Secara UU pendidikan nasional memang pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik-baiknya, setiap tahun dan setiap ada pergantian pimpinan selalu berupaya menyempurnakan kurikulum, pola dan starategi pembelajaran, namun demikian penyempurnaan tersebut hanya terarah kepada pembinaan pengetahuan dan keterampilan, terarah pada pembinaan pola dan sterategi pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Akan tetapi menyangkut moral kurang perhatian, guru-guru agama di sekolah-sekolah umum kurang berperan dan jam/alokasi pelajarannyapun sangat terbatas. Dalam waktu 2 (dua) jam perminggu tidaklah cukup untuk menyelenggarakan pendidikan agama plus akhlak/kepribadian. Di samping itu pendidikan agama belum mampu mengimbangi kemajuan ilmu dan teknologi serta komunikasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa :
1. Pendidikan merupakan hal penting yang harus diperhatikan, tidak saja di kalangan pemerintah, akan tetapi menjadi perhatian bagi semua komponen bangasa.
2. Penyelenggaraan pendidikan hendaknya tidak terfokos pada peningkatan mutu ilmu dan keterampilan saja melainkan juga harus memperhatikan segi moral yang didasarkan pada agama.
3. Penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pada pendidik saja, melainkan juga orang tua khususnya dan masyarakat pada umumnya.
4. Nuansa-nuansa pendidikan yang disiarkan dalam mess media cetak dan audio visual tidak hanya mengejar segi material saja, akan tetapi juga hendaknya dapat menunjang segi moral kehidupan berbangsa dan bernegara.
tudabit-tut-wuri-handayani

Dunia Pendidikan Indonesia

Sejarah Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Peradaban Islam telah mencapai kemajuan ilmu dalam banyak bidang pada zaman permulaannya yaitu pada kurun 9M. Sarjana Islam telah berhasil menerjemah, menyaring, menyerap dan memadukan ilmu asing ke dalam pandangan mereka berdasarkan al-Qur’an. Ilmu Pengetahuan yang merupakan jantung peradaban dan kebudayaan Islam telah membimbing umat Islam ke arah punca kegemilangannya. Bagaimanapun pada beberapa kurun berikutnya, daya keilmuan dan kekuatan umat Islam mulai pudar karena beberapa faktor.

Malapetaka yang paling besar yaitu penyerangan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan ke Baghdad yang memusnahkan perpustakaan dan pembakaran buku-buku karya asli sarjana Islam. Tetapi terdapat juga faktor internal, khususnya perselisihan dan konflik pemikiran diantara golongan umat Islam.
Pengaruh pemindahan ilmu dari Andalusia ke Eropa, merangsang warga Eropa bangkit dan memelopori berbagai bidang ilmu pada era Renaisans. Mereka mengambil alih tongkat kepemimpinan intelektual dan fisikal dari umat Islam, khususnya setelah Revolusi Industri. Konflik antara Gereja dan ahli Sains Barat memunculkan perkembangan ilmu sekuler.
Latar belakang sekulerisasi ilmu inilah yang mengundang perjuangan memurnikan kembali ilmu pengetahuan (Islamisasi Ilmu). Golongan intelektual Islam bersepakat bahwa gagasan Islamisasi ilmu bukanlah satu hal yang baru tetapi pernah terjadi dalam sejarah Islam yang silam.
Menurut al-Faruqi, Islamisasi ilmu modern merupakan “satu tugas yang serupa sifatnya dengan tugas yang pernah dimainkan oleh nenek moyang kita yang mencerna ilmu zaman mereka dan mewariskan kepada kita peradaban dan kebudayaan Islam, walaupun ruang lingkupnya kini lebih luas”.
Menurut argumen Wan Muhammad Nor berargumen, Surat al-alaq (1-5) menggariskan semangat Islamisasi ilmu karena Allah Swt menekankan bahwa Allah adalah sumber dan asala ilmu manusia.
S.H. Nashr, seorang sarjana falsafah dan sarjana sains Islam pernah mengutarakan perlunya usaha Islamisasi ilmu modern pada tahun 1960-an. Beiau meletakan asas untuk konsep sains Islam dalam aspek teori dan pratikal melalui karyanya Science and Civilization in Islam (1968) dan Islamic Science (1976).
Walaupun ide Islamisasi ilmu tersebut telah disentuh oleh beberapa sarjana namun penjelasan yang sistematik secara konseptual bermula dari Al-Attas. Beliau dianggap sebagai seorang sarjana Islam abad silam yang pertama kali mengupas dan menegaskan tentang perlunya Islamisasi pendidikan, Islamisasi sains dan Islamisasi Ilmu. Al-Attas telah melahirkan ide-ide beliau pada satu persidangan pendidikan yang sangat penting dalam sejarah umat Islam kontemporer, yaitu Persidangan Pertama Pendidikan Islam Sedunia di Makkah pada 1977. Persidangan itu berhasil mengumpulkan 313 sarjana dan pemikir Islam dari seluruh pelosok dunia.
Persidangan tersebut dianggap sebagai pembangkit proses Islamisasi ilmu dan pendidikan. Dalam persidangan yang bersejarah tersebut Al-Attas menjelaskan konsep pendidikan dalam Islam, sementara Ismail al-Faruqi dan S.H. Nasr masing-masing mengupas ide sains sosial dan sains natural dalam tasawwur (worl view) Islam.

History of Education in the Western World

Developing education through various processes that occur in society in accordance with the history of various countries in the western world. At first, agencies have a responsibility as a distributor of socialization is the church and family. Then, replace the institution of family and church institutions as the dealer socialization for children. Education in several European countries in medieval times determined by the absolute authority through a license from the pope or the emperor to teach the mysteries of medical law and theology at the university wing Christian (Vaizey, 1974:59). Education was the relationship with the belief that a person will reach the truth by reading the gospels. Thus, education seems forced and not allowed to be executed without the guidance of the church and as an extended arm to control the society.

  1. PENDIDIKAN PADA ZAMAN PURBA/KUNO  
Pendidikan adalah usaha manusia untuk kepentingan manusia. Jadi pada saat manusia itu ada dan masih ada, pendidikan itu telah dan masih ada pula. Pada kenyataannya dapat kita telaah bahwa praktek pendidikan dari zaman ke zaman mempunyai garis persamaan. Garis persamaan atau benang merah pendidikan itu ialah :
  1. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan.
  2. Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifar universal.
  3. Praktek pelaksanaan pendidikan memiliki segi-segi yang umum sekaligus memiliki keunikan (ke-khasan) berkaitan dengan pandangan hidup masing-masing bangsa.
MESIR

Mesir purba telah mengenal peradaban dan kebudayaan tinggi. Ini terbukti dengan telah dikenalnya tulisan dengan huruf heiroglyph (tulisan suci), telah kenal kalender (penanggalan) dengan pembagian 12 bulan tiap tahun, telah mengenal irigasi dan sebagainya.

Tujuan pendidikan agar manusia berbuat susila sesuai dengan ajaran agama. Materi pelajaran yang diberikan ialah membaca, menulis, berhitung, bahasa dan ilmu mengukur tanah serta astronomi. Meski telah memiliki pusat-pusat pendidikan yakni di kuil-kuil (piramide) yang di dalamnya terdapat perpustakaan dan asrama bagi para guru dan murid-muridnya.

INDIA

Secara ketat/tegas India membagi masyarakat dengan kasta/tingkatan. Dalam kehidupan agama Hindu di India terkenal ada 4 kasta, yaitu; 1) kasta Brahmana, 2) kasta Ksatria, 3) kasta Waisya, 4) kasta Sudra (Syudra).

Hidup di India bukan ditentukan oleh kepercayaan kepada dewa, tetapi ditentukan oleh tingkatan atau kasta tadi. Tujuan akhir hidup adalah mencapai Nirwana. Ciri-ciri pendidikan di India adalah :
  1. Pengajaran agama di nomor satukan.
  2. Pendidikan diselenggarakan oleh kasta Brahmana.
  3. Tujuan pendidikan; mencapai kebahagian abadi (Nirwana).
Penyelenggaraan peadidikan berlangsung di rumah (keluarga) dan sekolah. Materii pelajaran yang diajarkan yaitu astronomi, matematik, pengetahuan tentang obat-obatan, hukum, kesusasteraan, sejarah.

CINA

Cina memiliki keunikan dalam hal kebudayaan dan pendidikan. Artinya dibandingkan dengan negara-negara timur lainnya. Cina memiliki sejarah tersendiri. Kebudayaan Cina adalab asli Cina tidak terbaur atau tercampur dengan kebudayaan dari luar. Ciri-ciri pendidikannya antara lain:
  1. Persoalan pendidikan tidak ada kaitannya dengan agama.
  2. Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga dan negara.
  3. Tujuan pendidikan adalah mendidik orang berhati mulia dan menghormati sesama.
Tokoh-tokoh pendidik dan filsuf terkenal pada saat itu ia LaoTse dengan ajaran Tao =jalan Tuhan yang menjadi Taoisme sangat berpengaruh terhadap hidup dan perikehidupan Cina. Tidak kalah juga pengaruhnya Kon Fu Tse (Konfusius) dengan ajaran Li (etiket, kewajiban). Penyelenggaraan Pendidikan dilaksanakan di dalam keluarga dan sekolah, Pelajaran pokoknya adalah menulis dan mempelajari lambang lambang kata kata yang jumlahnya mencapai 50 000. Di Cina juga dikenal adanya pendidikan pegawai.

YUNANI

Yunani kuno terbagi menjadi Sparta dan Athena. Orang-orang Sparta mementingkan pembentukan jiwa patriotik yang kuat dan gagah berani. Tujuan pendidikan Sparta adalah membentuk warga negara yang siap membela negara (membentuk tentara yang gagah berani)
 .
Ciri-ciri pendidikannya adalah :
  1. Pendikan diperuntukkan hanya bagi warga negara yang merdeka (hukan budak).
  2. Anak-anak cacat atau lemah dimusnahkan.
  3. Lebih mengutamakan pendidikan jasmani.
  4. Anak-anak yang telah mencapai umur 7 tabun diasramakan.
Sedangkan Athena lebih mernentlngkan kesehatan jasmani dan rohani serta hidup harmonis.

Ciri-ciri pendidikan di Athena adalah:
  1. Pendidikan diselcnggaratcan oleb keluarga dan sekolah.
  2. Sekolab diperuntukkan bagi siapa saja (behas).
Materi atau hahan pengajaran utama bangsa Athena adalah gymnastis (gymnastik) dan musik. Yang pertama bagi pendidikan jasmani dan yang lain bagi pendidikan rohani.

ROMAWI

Pada mulanya tujuan pendidikan Rornawi adalab terbentuknya manusia-manusia yang siap berkorban membela tanah air. Inti pelajaran adalah mempersiapkan warga negara menjadi tentara.Penyelenggara pendidikan adalah di rumah-rumah keluarga bangsawan. Materi pelajarannya meliputi mebaca, menulis, dan berhitung. Pada perkembangan selanjutnya Romawi terbawa oleh arus aliran Epicurisme dan aliran Stoa. Aliran Epicurisme berpendapat hahwa kebahagian akan terwujud manakala manusia menyatu dengan alam.  Aliran Stoa berpendapat bahwa tujuan hidup adalah mencapai kebajikan. Kebajikan itu akan terwujud apabila manusia dapat menyesuai kan din dengan alamnya, karena manusia adalah bagian dari alam. Sedangkan alam itu sendiri dikuasai oleb budi Ilahi.
    
Dengan munculnya dua faham tersebut cjta-cita atu tujuanRomawi beruhab dari rnembentuk manusia sehat kuat untuk membela tanah air (kebajikan kepahlawanan) menjadi membentuk manusia yang bijaksana dan berakal budi (kebajikan kemanusian).

PENDIDIKAN PADA ABAD PERTENGAHAN
  
Ciri-ciri utama dari pendidikan pada abad pertengahan adalah :
  1. Seluruh pusat pendidikan bersatu untuk mewujudkan cita-cita yang telah ditetapkan oleb gerreja Roma Katolik.
  2. Gereja berusaha untuk memperbaiki kehidupan rakyat.
  3. Mendirikan sekolah-sekolah.
RENAESANCE 

Masa kelahiran (Rehaessance) ditandai dengan adanya usaha untuk mengkaji, menafsirkan, merencanakan dan apabila perlu mengecam berlakunya kebudayaan klasik (kuno).

Ciri-ciri utama gerakan ini adalah :
  1. Terbebasnya manusia dari ikatan abad tengah.
  2. Mencari alternatif pedoman yang dapat membebaskan individu dari ikatanin ikatan tadi.
Pada masa/jaman Renaessance muncul aliran :
  1. Humanisme: berciri optimistis, tak percaya pada kekuatan di luar manusia termasuk dewa atau Tuhan.
  2. Reformasi: berciri menetang gereja Katolik, ingin kembali ke ajaran Nasrani dengan Injil sehagai panutannya.
  3. Kontra Reformasi: ingin memperbaiki. keadaan (setelah adanya Reforrnasi) dan menjalankan disiplin tinggi terhadap peraturan gereja.
Keadaan Pendidikan :
Tujuan pendidikan Humanisme: membentuk manusla yang berani, bebas dan gembira.
Tujuan pendidikan Reformasi: membentuk manusia yang bebas dari segala macam ikatan.
Tujuan pendidikan Kontra Reformasi:  mempertfnggi disiplin menjalankan agama Katolik. 
  1. GARIS BESAR PENDIDIKAN PADA ABAD KE-17 SAMPAI ABAD KE-20 (DI BELAHAN DUNIA BARAT  ATAU EROPA)
Permulaan abad  ke-17 atau masa-masa akhir abad ke 16 muncul alira baru dalam dunia pendidikan. Aliran baru itu disebut Realisme. Ciri-ciri utama aliran ini yaitu :
  1. Tidak sejalan dengan pemikiran Humanisme dan aliran yang mendahuluinya. Aliran yang lalu (kuno) bersifat verbalistik dan berorientasi kepada alam nyata.
  2. Realisme (real= nyata, konkret) tertarik pada dunia nyata kepada alam dan benda benda.
Realisme berpendapat bahwa lewat pendidikan orang harus mernperoleh pengetahuan dan pengertian yang mendalam. Hal ini dapat dicapai dengan menjelajahi permasalahan lewat dunia nyata. Untuk mencapai pengetahuan yang benar cara berfikir duktif harus dinggalkan dan diganti cara berpikir induktif dan mengutamakan pengamatan serta pengalaman.

Tokoh-tokoh pendidikan penting dan berjasa dalam hidang pendidikan abad ke-17 antara lain:
  1. Francis Bacon, ia berkeyakinan hahwa pendidikan masa lalu (klasik) tidak bermanfaat hagi umat manusia lagi. Apabila manusia ingin sarnpai pada kebenaran harus meninggalkan cara berpikir deduktif dan beralih ke cara berpikir yang induktif. Dengan cara berpikir yang analitik orang akan dapat membuka rahasia alam dan dengan terbukanya alam itu kita sebagai bagian dari alam dapat menentukan sikap dan mengatur strategi hidup. Artinya, dengan terbukanya alam kita rnanusia dapat menyesuaikan atau memanfaatkan alam dari hidup dan kehidupan manusia.
  2. Johann Amos Comenuis. Ia berpendapat bahwa pendidikan harus diorientasikan ke dunia sana (baka), keakhirat. Ia menekankan pendidikan budi pekerti dan kearifan. Asas hukum didaktik yang ía kemukakan adalah : 1) hukurn kepastian, 2) hukum urutan 3) hukum kelancaran dan kesempatan belajar.
  3. c. Jean Baptiste La Salle, ia sependapat dengan Comenius, pendidikan harus tertuju kepada hal-hal yang bersifat kebakaan (keakhiratan). Di dalam menyiasati pendidikan ia menggunakan alat pendidikan yang terkenal yakni hukuman dan ganjaran. Ia menekankan pengajaran kelompok.
Abad 18 sering disebut abad pencerahan (aufklarung). Segala usaha disemua semua lapangan kehidupan memerluken penataan kembali. Perlu ditata kembali karena abad (masa) yang lalu adalah masa gelap yang tidak memberikan harapan hidup yang Iebih baik. Oleh karena itu perlu pencerahan. Hal ini dimungkinkan oleh adanya pemikiran yang Iebih rasional yang ingin terbebas dari Iingkungan tradisi dan adat istiadat. Bagi kaurn nasionalis telah kehilangan hak hidup (jiwa).
 
PERBEDAAN MASA KEGELAPAN DAN MASA PENCERAHAN
ABAD KEGELAPAN ABAD PENCERAHAN
a.
Manusia percaya pada Tuhan dengan segala ajarannya.
manusia percaya pada kemauan akal budinya. Manusia meyakini bahwa yang dapat membahagiakan adalah manusia itu sendiri, bukan kasih sayang Tuhan.
b.
Manusia terikat oleh aturan dan ketentua gereja.
Manusia ingin bebas dari semua ikatan yang membelenggunya, baik ikatan gereja maupun negara.
c.
Manusia dibentuk untuk melayani gereja, pendidikan diselenggarakan oleh gereja dan mengabdi gereja.
Manusia ingin adanya kebebasan pendidikan tanpa campur tangan gereja dan negara.

Tokoh yang menonjol pada abad ke-18 adalah :
  1. I. J. Rousesau berpendapat bahhwa pada dasar (asal)-nya rnunusia baik, menjadi jelek (jahat) karena peng lingkungan. Dasar pendidikan menurut Rousseau adalah pembawaan dan tujuan pendidikan ialah membentuk manusia yang bebas merdeka. Sifat pendidikan adalah individualistis dan individu (anak) itu harus dijauhkan dari pengaruh masyarakat dan bahkan dijauhkan dari orang tuanya. Hasil pemikirannya dituangkan dalam buku Le Contract Social berisi tentang ilmu kenegaraan dan Emile yang berisi bagaimana mendidik anak sampai dewasa yang baik dan benar.
  2. John Locke (1632-1704), ia seorang tabib yang ahli filsafat dan ahli ilmu jiwa J.I. Locke berpendapat bahwa jiwa itu waktu dilahirkan kosong dan pasif. Jiwa itu pada saat lahir sama dengan tabula rasa (meja lilin) atau a shett of paiper (sehelai kertas) putih bersih. J. I Locke seorang empirist, ia menyatakan bahwa empirist (pengalaman) adalah sumber pengetahuan. Tentang masalah pendidikan Locke berpendapat bahwa pendidikan itu berkuasa bahkan maha kuasa. Ia tidak percaya adanya pembawaan (bakat). Tujuan pendidikan menurut dia adalah membetuk seseorang kasatria (gentleman) yang saleh dan berguna bagi hidup bersama dalam masyarakat. Sebagai seorang tabib (dokter) ia menekankan pentingnya pendidikan jasmani. Locke juga adalah seorang deist (De = Deus = Tuhan). Tetapi ia tidak mau menerima ajaran agama yang dogmatis (kaku, beku, lugu). Baginya agama adalah akal budi. Oleh karenat itu ia memperhatikan pendidikan kesusilaan. Manusia harus mampu munguasai diri sendiri dan memiliki hargadiri. Anak harus patuh tanpa ganjaran ataupun hukuman.
Abad 19 dunia mengalami percepatan (akselerasi) di segala lapangan hidup karena dilhami revolusi Perancis dan revolusi industri. Dengan meluasnya cita-cita pencerahan yang mengumandangk semboyan manusia dilahirkan bebas dan memiliki derajat yang sama, rnereka (kasta ketiga, di luar kaum agama dan bangsawan) menuntut egality fraternity dan liberty. Mereka menuntut penyelenggaraan pendidikan jangan hanya di peruntukkan bagi bangsawan dan kaum agamis saja. Orang mulai menyadari bahwa sekolah sebagai suatu lembaga penting untuk mencapai kemajuan dalam segala lapangan hidup. Kemajuan cara berpikir melalui jasa ilmu dan pengetahuan membawa perkembangan di bidang industri. Mekanisme di bidang produksi mengganti tangan-tangan manusia. Jadi di bidang industri pun mengalami lompatan percepatan kemajuan. Jadi sangat masuk akallah apabila di budang pendidikan dan pengajaran pada abad ke-19 itu mengalami perkembangan pula. Perkembangan itu antara lain adalah pendidikan per kepala harus diganti dengan sistem klasikal.

Pendapat Pentalozzi J.H. Pestalozzi sangat mementingkan pendidikan keluarga.  Keluarga menurut Pestalozzi merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Inti pendidikan adalah pendidikan kesusilaan dan pendidika keagaman. Dasar pendidikan menurut dia adalah kodrat anak dan tujuan pendidikan mengembangkan segala daya kemampuan anak untuk mencapai kemanusiaan sejati. Adalah menjadi tugas pendidik agar anak dapat niengentaskan dirinya sendiri (dapat hidup mandiri). Sebagai alat pelajaran metode yang tepat menurut Pentalozzi adalah metode peragaan.

Friedrich Frobel (1782-1852), sangat mencintai anak dengan dunia anak-anaknya. Dia berpendapat bahwa sumber dari segala sumber segala sesuatu adalah Tuhan. Tiap manusia mempunyai dorongan. Tugas pendidik adalah memperkembangkan dorongan itu secermat-cermatnya agar dengan demikian manusia memiliki budi pekerti dan dapat menciptakan kebudayaan serta memelihara dan memajukan kebudayaan itu. Pendidikan yang benar adalah pendidikan yang memperhatikan persesuaian antara kebutuhan dengan alam anak-anak. Perinsip pendidikan Frobel adalah anak harus dibuat aktif, aktif bermain dan aktif bekerja serta aktif berlatih. Perinsip didaktiknya adalah pengajaran harus dimulai dari yang sederhana, yang gampang meningkat kepada hal-hal yang komplek, yang sulit.

Pokok-pokok pikiran pendidikan abad ke-20 :
  1. Pendidikan/pengajaran lama yang pasif diganti dengan pendidikan yang membuat anak aktif.
  2. Pendidikan lama bersifat teacher centred, menurut pikiran baru harus pupil centerd. Anak sebagai subyek didik.
  3. Pendidikan harus diindividualisasikan.
  4. Pendidikan bertujuan membentuk manusia yang memiliki integritas kepribadian timggi dan bertanggung jawab.
  5. Pendidikan harus mampu mempersiapkan anak masuk kedalam dunia kerja, dalam masyarakat.
Tokoh-tokoh penting yang berjasa di bidang pendidikan :
  1. Montessori : Asas pendidikan yang dikehendaki Montessori adalah kebebasan/kemerdekaan. Montessori berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga dalam. Dalammenyiasati pengajaran ia tidak setuju dengan hukuman. Hukuman akan datang dari anak itu sendiri manakala anak itu mengalami kegagalan dan berbuat kesalahan. Prinsip-prinsip dasar metode pengajaran Montessori ; 1) prinsip kebebasan, 2) prinsip ilmiah, 3) prinsip keaktifan sendiri. Montessori setuju dengan metode penyampaian materi pelajaran dengan metode peragaan. Latihan-latihan diberikan sesuai asas didaktik yakni secara berurutan dari yang mudah menuju yang sukar. Latihan-latihan itu meliputi : 1) latihan otot, 2) latihan alat dria dan 3) latihan akal.
  2. Dr. Ovide Decroly (1871-1932). Ia menjadi terkenal karena semboyannya : I’ecole pour la vie par la vie (sekolah untuk kehidupan oleh kehidupan). Maknanya adalah bahwa anak adalah manusia  yang selalu tumbuh dan berkembang. Mereka harus dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan sosial. Jadi sekolah harus berhubungan erat dengan kehidupan. Montessori menemukan dan kemudian menyusun teori globalisasi dan pusat minat. Globalisasi (Jerman: gestall) adalah dalam mengamati susuatu mula-mula terungkap kesan keseluruhan dari sesuatu itu baru kemudian menyusul bagian-bagiannya. Tentang pusat minat menurut O. Decroly ada 4 pusat minat yaitu : 1) makanan, 2) pakaian, 3) pertahanan diri, 4) permainan dan pekerjaan.
  3. John Dewey, Ia penganut aliran filsafat pragmatisme. Seorang pragmatis berpendapat bahwa suatu pengetahuan itu benar apabila pengetahuan itu berguna dalam memecahkan masalah kehidupan. Jadi mengandung nilai praktis. Pendidikan memiliki 2 aspek yakni aspek psikologis dan aspek sosiologis. Aspek psikologis artinya tiap anak mempunyai daya-daya atau potensi yang harus dikembangkan. Aspek sosiologis adalah bahwa perkembangan daya atau potensi itu diarahkan agar bremanfaat dalam kehidupan sosial. Dewey menentang “sekolah dengar” yang sama sekali tidak memperhatikan minat dan instink anak. Menurut J. Dewey ada 4 instink anak yang perlu diperhatikan : 1) instik bermasyarakat, 2) instink membentuk sesuatu, 3) instink menyelidiki, dan 4) instink kesenian.
Sesuai dengan konsep sekolah kerjanya, Dewey berpendapat bahwa sekolah yang baik adalah sekolah dalam bentuk masyarakat kecil. Maknanya adalah sekolah adalah merupakan tempat bekerja, langsung praktek kerja nyata. Urutan kegiatan pelajaran berintikan : 1) pelajaran berburu dan menangkap ikan, 2) mengembala, bertani dan berdagang, dan 3) industri.

Dengan di tampilkannya tokoh-tokoh pendidikan beserta konsepnya bukannya berarti kita harus mengagumi tokoh-tokoh tersebut, yang kita akui memang berotak brilian, dan mengambil alih saja pendapat (konsep)-nya .

Dari sejarah pendidikan itu kita dapat mengambil manfaat, mana yang tepat dapat kita gunakan dan mana yang seharusnya dibuang karena tidak cocok. Karena tidak semua konsep dapat diterapkan di dalam segala waktu, tempat dan suasana.

Contoh :
Sekolah Dewey misalnya bagi kebanyakan negara terlalu mahal biayanya. Di samping adanya kelemahan yang mendasar misalnya tidak memperhatikan aspek kesusilaan (kerohanian) keagamaan/ketuhanan. Demikian pula Montessori, aspek sosial anak kurang diperhatikan dan sekolah montessori amat mahal. Sistem pendidikan Montessori juga sangat intelektualistis karena terlalu mementingkan prkembangan akal, perasaan kurang mendapat tempat. Ia terlalu jauh menekankan pada perkembangan alat dria, disamping jasanya dengan asas tanpa perkembangan anak dan mendidik anak untuk mandiri.
  1. PENDIDIKAN DI INDONESIA
Berikut keadaan pendidikan di Indonesia sejak zaman purba hingga kini. Inti pembicaraan sekilas pendidikan di Indonesia meliputi pendidikan zaman purba, zama pengaruh Islam, dan pendidikan zaman penjajahan.

Dasar pendidikan masa Hindu Budha adalah filsafat Hindu Budha. Tujuan pendidikan bahwa tujuan hidup adalah untuk mencapai Nirwana. Manusia yang dapat mencapai Nirwana adalah manusia sempurna. Sistem penyelenggaraan pendidikan adalah sistem guru-kuladan berlangsung dalam asrama.

Bersamaan masuknya agama Islam ke Indonesia masuk pula kebudayaannya. Pengaruh kebudayaan Islam meliputi semua segi kehidupan, termasuk pendidikan. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia muslim yang sholeh (berakhlak) yang baik. Ada dua lembaga pendidikan penting pada penyebaran agama Islam yakni : langgar dan pesantren disusul kemudian adanya madrasah. Pendidikan agama Islam tidak terbatas, siapapun boleh mengikuti lembaga pendidikan Islam, sifat pendidikan demokratis dan pengajaran unuk rakyat. Di suatu tempat seperti di Sumatera Barat tidak ada pemisahan antara langgar dan pesantren, di sini sekolah agama Islam disebut “surau”. Kemudian sekolah-sekolah Islam berkembang dan mendirikan bangunan sekolah yang disebut madrasah.

Pendidikan pada masa penjajahan kurang dapat dirasakan oleh para penduduk pribumi (bumi petera). Pendidikan pada masa penjajahan diabaikan demi kepentingan pemerintah (penjajah). Tujuan utama pendidikan pada masa penjajahan Belanda adalah : 1) mencetak tenaga kerja murah yang siap mengabdi kepada pemerintah (kepentingan penjajah Belanda), 2) untuk tetap mempertahankan kelangsungan penjajah Belanda di Indonesia.

Pada masa penjajahan Jepang tujuan pendidikan yang dilaksanakan adalah: 1) untuk mendapat tenaga kerja rendahan (murah) dan 2) untuk membentuk tentara yang siap melawan sekutu.

Menyadari keadaan pendidikan pada masa penjajahan yang sangat merendahkan martabat bangsa sendiri, maka muncul tokoh-tokoh masyarakat yang berkeinginan untuk mendirikan lembaga pendidikan formal (sekolah). Tokoh-tokoh antara lain Ki Hajar Dewantara, KH. Achmad Dahlan dan Moch. Syafei.

Sadar akan kebodohan dan keterbelakangan sebagian besar warga pribumi akibat tidak mendapat perhatian dari penjajah maka Muhammdiyah bangkit dengan cita-cita mempertinggi dan memperluas pendidikan agama Islam secara modern dengan tujuan memperkuat dan memperteguh keyakinan akan kebenaran ajaran Islam.

Taman siswa dengan pendirinya Ki Hadjar Dewantara mendirikan sekolah sebagai usaha mencapai kemerdekaan bangsa lewat pendidikan.

Moh. Syafei di Sumatera Barat mendirikan Perguruan Ruang Pendidik INS Kayutanam, ia menantang pendidikan kolonial yang verbalistik-intelektualistik. Sekolah INS Kayutanam memakai konsep John Dewey yaitu; “learning by doing”. Jadi INS Kayutanam mementingkan keterampilan bekerja dari pada keterampilan berfikir murni, tetapi bukan berarti tidak rasional, justru INS mementingkan cara berfikir yang akaliah (rasional). Konsep ini tampak pada tujuan pendidikan yaitu : 1) mendidik anak untuk berfikir rasional, 2) mendidik anak bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh, 3) membentuk anak-anak menjadi manusia yang berwatak dan 4) menanamkan perasaan persatuan.