Senin, 04 April 2011

Dunia Pendidikan Indonesia

Sejarah Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Peradaban Islam telah mencapai kemajuan ilmu dalam banyak bidang pada zaman permulaannya yaitu pada kurun 9M. Sarjana Islam telah berhasil menerjemah, menyaring, menyerap dan memadukan ilmu asing ke dalam pandangan mereka berdasarkan al-Qur’an. Ilmu Pengetahuan yang merupakan jantung peradaban dan kebudayaan Islam telah membimbing umat Islam ke arah punca kegemilangannya. Bagaimanapun pada beberapa kurun berikutnya, daya keilmuan dan kekuatan umat Islam mulai pudar karena beberapa faktor.

Malapetaka yang paling besar yaitu penyerangan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan ke Baghdad yang memusnahkan perpustakaan dan pembakaran buku-buku karya asli sarjana Islam. Tetapi terdapat juga faktor internal, khususnya perselisihan dan konflik pemikiran diantara golongan umat Islam.
Pengaruh pemindahan ilmu dari Andalusia ke Eropa, merangsang warga Eropa bangkit dan memelopori berbagai bidang ilmu pada era Renaisans. Mereka mengambil alih tongkat kepemimpinan intelektual dan fisikal dari umat Islam, khususnya setelah Revolusi Industri. Konflik antara Gereja dan ahli Sains Barat memunculkan perkembangan ilmu sekuler.
Latar belakang sekulerisasi ilmu inilah yang mengundang perjuangan memurnikan kembali ilmu pengetahuan (Islamisasi Ilmu). Golongan intelektual Islam bersepakat bahwa gagasan Islamisasi ilmu bukanlah satu hal yang baru tetapi pernah terjadi dalam sejarah Islam yang silam.
Menurut al-Faruqi, Islamisasi ilmu modern merupakan “satu tugas yang serupa sifatnya dengan tugas yang pernah dimainkan oleh nenek moyang kita yang mencerna ilmu zaman mereka dan mewariskan kepada kita peradaban dan kebudayaan Islam, walaupun ruang lingkupnya kini lebih luas”.
Menurut argumen Wan Muhammad Nor berargumen, Surat al-alaq (1-5) menggariskan semangat Islamisasi ilmu karena Allah Swt menekankan bahwa Allah adalah sumber dan asala ilmu manusia.
S.H. Nashr, seorang sarjana falsafah dan sarjana sains Islam pernah mengutarakan perlunya usaha Islamisasi ilmu modern pada tahun 1960-an. Beiau meletakan asas untuk konsep sains Islam dalam aspek teori dan pratikal melalui karyanya Science and Civilization in Islam (1968) dan Islamic Science (1976).
Walaupun ide Islamisasi ilmu tersebut telah disentuh oleh beberapa sarjana namun penjelasan yang sistematik secara konseptual bermula dari Al-Attas. Beliau dianggap sebagai seorang sarjana Islam abad silam yang pertama kali mengupas dan menegaskan tentang perlunya Islamisasi pendidikan, Islamisasi sains dan Islamisasi Ilmu. Al-Attas telah melahirkan ide-ide beliau pada satu persidangan pendidikan yang sangat penting dalam sejarah umat Islam kontemporer, yaitu Persidangan Pertama Pendidikan Islam Sedunia di Makkah pada 1977. Persidangan itu berhasil mengumpulkan 313 sarjana dan pemikir Islam dari seluruh pelosok dunia.
Persidangan tersebut dianggap sebagai pembangkit proses Islamisasi ilmu dan pendidikan. Dalam persidangan yang bersejarah tersebut Al-Attas menjelaskan konsep pendidikan dalam Islam, sementara Ismail al-Faruqi dan S.H. Nasr masing-masing mengupas ide sains sosial dan sains natural dalam tasawwur (worl view) Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar